Rabu, 15 Agustus 2012

pura ulun danu batur


Pura Ulun Danu Batur pada mulanya bernama Pura Tampurhyang dan terletak di Desa Sinarata (Desa Batur) pada lereng Gunung Batur bagian barat. Pura Tampurhyang dan Desa Sinarata tertimbun lahar pada waktu Gunung Batur meletus tanggal 3 Agustus 1926, sehingga masyarakat Batur ditempatnya yang baru di Desa Karanganyar (Desa batur sekarang) membangun kembali Pura Batur itu di Desa Batur dengan bantuan dari pemerintah sesuai dengan banyaknya pelinggih-pelinggih yang pernah ada di Pura Tampurhyang lama. Pembangunan Pura ini selesai dan dipelaspas pada hari Redite Pon, Prangbakat tanggal 14 April 1935 meskipun belum keseluruhan pelinggih-pelinggihnya dapat dibangun dan akan dilanjutkan dengan pembangunan secara bertahap.
Dalam pengeling-eling Desa Batur yang merupakan lampiran dari Raja Purana Pura Batur tentang upacara Pemelaspas dan Ngusaba ke Dasa di Pura Ulun Danu Batur, Desa Batur Kintamani dinyatakan sebagai berikut :
“Pengeling-eling, Karya ring Pura Batur, Desa Karanganyar, duk ngawit pemelaspas, ring dina Redite, Wara Prangbakat rauh Malik Sumpah, tang, 11, sasih ke Dasa, Rah 7, Tenggek 5, Icaka 1857, tanggal 14 April 1935, nganggon kebo asiki.
Semalih karya memendak nuntun ring dina Anggarkasih Wara Kadi-arep, tang, ping, angka 13, tanggal 16 April 1935 taler ngangon kebo siki. Semalih karya ngaturang pengenteg linggih ring dina Buda Umanis Wara Kadiarep tang, ping 14, tanggal 17 April 1935 taler ngago kebo. Semalih benjangan ring dina Wraspati Paing Wara Kadiarep, tang 15, Purnama, Sasih ke Dasa, Rah 7, Tenggek 5, Içaka 1857, tanggal 18 April 1935, irika ngaturang Karya Pangusaban nangken atahun, puput mailehan”.
Keseluruhan ini menggambarkan bahwa :
  1. Desa Batur sekarang pada awalnya bernama Desa SInarata terletak di lereng Gunung Batur bagian barat.
  2. Pura Ulun Danu Batur di Desa batur semula bernama Pura Tampuhyang, Tumpur, Ring Hyang atau Tampuhyang, dengan pengemponnya masyarakat Desa Sinarata.
  3. Pura Tampurhyang adalah Stana Batara Dewi Danuh atau Betari Ulun Danu yang merupakan penyungsung jabat Bali sama halnya dengan Pura Besakih.
  4. Pada tahun 1500 Masehi masa Pemerintahan Dalem Batu Renggong Pura Tampurhyang diganti namanya menjadi Pura batur dan Desa Sinatara diganti pula namanya menjadi Desa Batur.
  5. Masyarakat Desa  Batur lama pindah ke Desa Karanganyar yang sekarang dinamakan Desa Batur, akibat bencana letusan Gunung batur yang menghancurkan Desa batur lama dan Pura Tumpurhyang atau Pura Batur pada tahun 1926.
  6. Masyarakat Desa Batur dengan bantuan pemerintah membangun Pura baru yang dinamai Pura Ulun Danu Batur untuk menggantikan Pura Tumpurhyang atau Pura Batur yang lama dan selesai dipelaspas pada bulan April 1935.
  7. Oleh karena Pura Tampurhyang/Pura Ulun Danu Batur yang lama merupakan Stana atau Parhyangan Bhatari Ulun Danu Batur, maka Pura Ulun Danu Batur di Desa Batur yang didirikan untuk menggantikan Pura Tampurhyang adalah Parhyangan Betari Ulun Danu Batur sebagai Kahyangan Jagat Bali.
Dengan ini diperkuat pula dengan informasi yang dikemukakan pada berbagai kepustakaan antara lain :
Dalam Raja Purana Batur 49a.1.sebagai berikut :
“nghing wusampun ginanti paryyangan ira Batara, ring Tampurhyangnguni, mangke hana mungwing Kalanganyar ngaran Batur Kalanganyar, apan nguni purwa telas dening karuganing parangan agni, wetu saking madyaning giri”.
Arti bebasnya :
“Sesudah diganti Parhyangan Tampurhyang maka Pura tersebut sekarang berada di Karanganyar bernama Pura Batur, oleh karena Pura Yang dulu telah hancur semuanya karena lintasan lahar panas dari Gunung Batur.”
Dalam buku “Pura Ulun Danu Batur” oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, pada halaman 28 disebutkan sebagai berikut :
“Pura Ulun Danu Batur terletak di Karangayar Desa Batur Selatan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Daerah Tingkat II bangle. Jarak dari Kota Denpasar + 65 Km, melalui jalan raya yang menghubungkan Kota Bangli dengan Singaraja atau dapat dicapai melalui jurusan Tampaksiring/Kintamani. Sebelum tahun 1926 Desa Batur beserta Pura Batur berada dibawah pada lereng Gunung Batur dan tahun 1926 dipindahkan ke atas pada tempat yang sekarang karena gempa yang keras.”
Dalam buku Rencana Induk Pembinaan dan Pengembangan Pura Batur oleh Panitia Khusus DPRD Propinsi Daerah Tingkat I Bali tentang Penyusunan Master Plan Pura Batur disebutkan sebagai berikut :
“Meskipun Pura Batur tidak ikut disebutkan dalam lontar itu (lontar Kusuma Dewa) tampaknya Pura Batur tergolong Pura yang mempunyai status yang serupa dengan Pura Besakih. Lontar Usana Bali menguraikan bahwa Gunung Agung sebagai Stana Bhatara Maha Dewa (Pura Besakih) dan Gunung Batur sebagai Stana dari Dewi Danu (Pura batur), adalah sebagai Pura yang menjadi Panguluning Bumi (Kahyangan Jagat)”.
Dalam buku Upadesa tentang Ajaran-ajaran Agama Hindu yang dikeluarkan oleh Parisada Hindu Dharma Pusat dan diterbitkan oleh Proyek Penyuluhan Agama dan penerbitan Buku Agama 1987/1988, pada halaman 50 dan 51 disebutkan sebagai berikut : Yang disebut Pura Kahyangan Jagat ialah Pura-pura Kahyangan Agung terutama yang terdapat di delapan penjuru mata angin dan pusat Pulau Bali yaitu :
  1. Pura Lempuyang, tempat Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Iswara di ujung Timur PUlau Bali.
  2. Pura Andakasa, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannnya sebagai Brahma terletak di Selatan Pulau Bali.
  3. Pura Batukaru, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Mahadewa terletak di bagian Barat Pulau Bali.
  4. Pura Batur Ulun Danu, yang mempunyai fungsi sebagai Pura Ulun Danu tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Wisnu terletak di Utara Pulau Bali.
  5. Pura Goa Lawah, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Maheswara terletak di Tenggara Pulau Bali.
  6. Pura Uluwatu, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Rudra terletak di Barat Daya Pulau Bali.
  7. Pura Bukit Pengelengan, yang disebut juga Pura di Gunung Mangu tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Sangkara terletak di Barat Laut PUlau Bali.
  8. Pura Besakih, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Sambu terletak di Timur Laut Pulau Bali.
Kalau dihitung maka semua Kahyangan Agung Penyungsungan Jagat di Bali ini berjumlah sembilan buah yang terletak di kedelapan penjuru mata angin Pulau Bali, dimana Besakih menjadi tempat dua Kahyangan Agung yaitu tempat Sambu dan juga merupakan tempat Çiwa.
Dari sembilan Pura tadi diambil tiga Pura kahyangan yaitu :
  1. Pura Batur Ulun Danu, sebagai tempat memuja Wisnu
  2. Pura Andakasa, sebagai tempat memuja Brahma dan
  3. Pura Besakih, sebagai pusat Kahyangan Agung tempat memuja Çiwa yaitu yang merupakan pelinggih-pelinggih atau tempat pemujaan Tri Murti.

KRONOLOGIS PEMBENTUKAN KALDERA BATUR


Gunung Bumbulan (bubulan, dungulan, penulisan), Gunung Payang, dan Gunung Abang menjadi satu dengan Gunung Batur Purba yang ketinggiannya mencapai 3500 mdpl. Amblasnya bagian kerucut yang membentuk kaldera satu, kira-kira 29.300 SM, dimana Gunung Abang berdiri sendiri dengan ketinggian lebih kurang 2.152 mdpl. Amblas kedua kalinya, kira-kira 20.150 SM, dimana kerucut Gunung Payang, kerucut Gunung Bumbulan/Penulisan membentuk undagan Kintamani. 
Lama kelamaan muncul Gunung Kecil (anak Gunung Batur Purba) di tengah danau Batur berpucak Dua (pucak Kanginan dan pucak Kawanan). Maka dari itu desa Pekraman Batur ada dua Jero, yaitu Jero Gede Kanginan (dijabat oleh Jero Gede Duhuran Puri Kanginan), dan Jero Gede Kawanan (dijabat oleh Jero Gede Alitan Puri Kawanan). 
Nama Gunung Sebelum Bernama Gunung Batur
1. Gunung Cala Lingga (Cala = tidak bergerak dan tidak dibuat oleh manusia; Lingga = Tempat abadi para Dewa)
2.  Gunung Sinarata (Merata kena sinar matahari)
3. Gunung TampurHyang/Tempuh Hyang (Tanda Ida Betara dalam perjalanan yang digonggong (dipikul) oleh pamucangan)
4.  Gunung Lebah (rendah)
5.  Gunung Ederan (dikelilingi Bukit)
6.  Gunung Lekeh (meingkar)
7.  Gunung Sari (Inti/Utama)
8.  Gunung Indrakila (dikelilingi Munduk)
9.  Gunung Kembar (berpuncak dua)
10. Gunung Catur (Gunung berempat)
11. Gunung Batur (Gunung Dasar)
Catatan Meletusnya Gunung Batur
Berdasarkan isi lontar Raja Puranan Pura Ulun Danu Batur di Batur bagian Babad Pati Sora dijelaskan pada tahun Candra Sangkala :
  1. Angeseng Sasi Wak yaitu tahun Saka 110 (188 Masehi), Gunung Batur meletus
  2. Wang Sasi Wak yaitu tahun Saka 111 (189 Masehi), Gunung Batur meletus
  3. Tahun Saka 112 (190 Masehi), Gunung Teluk Biyu meletus
  4. Wedang Sumiranting, ksiti yaitu Tahun Saka 114 (192 Masehi), Gunung Batur meletus.
  5. Dari tahun 1804 – 2000 Gunung Batur meletus sebanyak 30 kali. Letusan yang paling dahsyat yaitu pada tanggal 2 Agustus – 21 September 1926 jam 23.00 WITA yang laharnya menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur. Dengan pertolongan pemerintah Hindia Belanda, para narapidana, serta Batun Sendi Ida Betara (Bayung Gede, Sekardadi, Bonyoh, Selulung, Sribatu, Buahan, Kedisan, Abang, Trunyan, dll) seisi Desa Batur dapat menyelamatkan diri. Termasuk pusaka-pusaka seperti Gong Gede, Semar Kirang bale Pelinggih Mamas-mamas (tombak Lerontek). Semuanya diselamatkan ke Desa Bayung Gede. Setelah pindah ke Di Desa Bayung Gede ini pernah di adakan Puja Wali sebanyak dua kali. Kemudian karena merasa telah aman, penduduk Desa Batur yang sementara mengungsi ke Desa Bayung Gede ingin kembali ke lokasi desa mereka kembali. Namun tidak diijinkan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan alasan keselamatan masyarakat. Di tempat baru tersebut, yang disebut Kalanganyar, penduduk Desa Batur diberi lahan dengan ketentuan yang sudah berkeluarga sebanyak 3 are dan untuk Duda/Janda mendapat 1,5 are. Selama menghuni Kalanganyar, para penduduk Desa Batur tetap berupaya membagun kembali Pura Ulun Danu Batur di tempat semula. Setelah beberapa tahun, tepatnya pada bulan April 1935, dilaksanakan Ngusaba Kedesa untuk pertama kali di Pura Ulun Danu Batur yang baru tersebut 
Pada tahun 1963, 6 bulan setelah meletusnya Gunung Agung, terjadi kembali letusan Gunung Batur yang cukup besar. Korban jiwa pada saat itu tidak ada. Letusan ini kembali menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur. Sehingga semua penduduk mengungsi dan pindah desa ke lokasi desa Batur sekarang ini. 
Ada cerita menarik yang disampaikan oleh Jero Gede Alitan Puri Kawanan, yaitu pada saat lahar mau memasuki desa Batur, lahar tersebut berhenti. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk menyelamatkan barang-barang mereka. Bahkan ada yang sempat memanen bawang di ladangnya terlebih dahulu. Setelah semua barang-barang dan hasil kebun mereka selamat, lahar yang tadinya berhenti bergerak kembali menuju arah desa sampai menimbun seluruh desa tersebut.
Setelah pindah desa tersebut, kecuali terkena debu, sampai saat ini tidak pernah terkena dampak langsung dari letusan Gunung Batur.

Desa Batur


Dalam lontar Candi Supralingga Bhuana dikemukakan keadaan Bali Dwipa dan Seleparang masih sunyi senyap, seolah masih mengambang di tenga samudra yang luas.
Pada saat itu di Bali Dwipa baru ada empat buah Gunung, yaitu :
  1. Gunung Lempuyang di Bagian TImur
  2. Gunung Andakasa di Bagian Selatan
  3. Gunung Karu di Bagian Barat
  4. Gunung Beratan (Mangu) di Bagian Utara

    Sehingga keadaan Bali Dwipa pada saat itu masih labil dan goyah. Keadaan ini kemudian diketahui oleh Hyang Paspati yang beristana/berParahyangan di Gunung Semeru. Agar Bali menjadi stabil (Tegteg) Hyang Pasupati kemudian memerintahkan SangHyang Benawang Nala, SangHyang Naga Anantaboga, SangHyang Naga Besukih dan SangHyang Naga Tatsaka memindahkan sebagian puncak Gunung Semeru ke Bali. SangHyang Benawang Nala menjadi dasar puncak Gunung Semeru yang akan dipindahkan ke Bali. SangHyang Naga Anantaboga dan SangHyang Naga Besukih menjadi tali pengikatnya. Sedangkan SangHyang Naga Tatsaka disampig menjadi pengikat puncak Gunung Semeru yang akan dipindahkan ke Bali, juga sekaligus menerbangkan dari Jawa Dwipa Wetan ke Bali. Kemudian setelah tiba di Bali, bagian puncak gunung Semeru yang dibawakan dengan tangan kanan menjadi Gunung Udaya Purwata/Tohlangkir/Gunung Agung.yang dibawa dengan tangan kiri menjadi Gunung Cala Lingga atau kemudian disebut Gunung Batur.
    Kedua gunung inilah yang kemudian dikenal sebagai Dwi Lingga Giri,yang menjadi Parahyangan Purusa Peredana. Selain memerintah SangHyang Benawang nala, SangHyang Naga Aantaboga, SangHyang Naga Besukih, dan SangHyang Naga Tatsaka; Hyang Pasupati juga menugaskan putra-putranya ke Bali Dwipa, yaitu :
    I.   Dwi Linga Giri Purusa Predana :
    a. Pura Kahyangan Besakih (Purusa)
    b. Pura Kahyangan Ulun danu Batur (Segara Danu sebagai Predana)
    II.  Tri Lingga Giri :
    a. Pura Lempuyang Luhur (Brahma)
    b. Pura Besakih (Siwa)
    c. Pura Ulun Danu Batur (Wisnu)
    III.  Sapta Lingga Giri
    a.  Hyang Geni Jaya Ring Gunung Lempuyang, paraHyangNya di Pura Lempuyang Luhur
    b. Hyang Putra Jaya ring Gunung Udaya Parwata/Gunung Tohlangkir/Gunung Agung, paraHyangNya di Pura Besakih
    c.  Hyang Dewi Danu ring Gunung Cala Lingga/Gunung Batur
    d.  Hyang Tumuwuh ring Gunung Batukara, paraHyanganNya di Pura Watukaru.
    e.  Hyang Tugu ring Gunung Andakasa, paraHyangNya di Pura Andakasa
    f.  Hyang Manuk Gumuwang ring gunung Beratan/Puncak Mangu/Puncak Tinggahan, paraHyangNya di Pura Ulun Danu Beratan/Pura Tinggahan.
    g.  Hyang Manik Gayang/Galang ring Pejeng, parahyangNya di Pura Manik Corong.
    Putra-putra Hyang Pasupati inilah yang kemudian menjadi Amongan, Sungsungan dan Penyiwian, Ratu Muang Kaula di Bali Dwipa. Salah seorang Putra Hyang Pasupati yaitu Hyang Dewi Danu dalam bahasa Purana adalah Dewi Sri, Dewi Laksmi, Dewi Pratiwi, dan Dewi Basundari yang semuanya merupakan Abiseka Dasa Nama (mempunyai nama lain) Dewi Kesuburan, Dewi Kesejahteraan, dan Kewi Keberuntungan Sakti Dewa Wisnu

    Selasa, 14 Agustus 2012

    Mini Soccer Game

    Gunung Batur


    Gunung Batur merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani, Kabupaten BangliBaliIndonesia. Terletak di barat lautGunung Agung, gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan Danau Batur. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu.
    Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.

    LETUSAN

    Gunung Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September 1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar panas menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur.
    Desa Batur yang baru, dibangun kembali di pinggir kaldera sebelah selatan Kintamani. Pura Ulun Danu dibangun kembali, hingga saat ini masih terkenal sebagai pura yang paling indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura yang terdapat di Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu".

    Pura Bukit Mentik

    Pura Bukit Mentik dibangun dengan tetap menjaga penyatuan antara kondisi alam dan arsitektur tradisional. pohon - pohon kamboja dan pohon beriringin yang berumur ratusan tahun dibiarkan hidup dan dipelihara dengan baik sementara pembangunan tetap berlangsung sesuai dengan tatanan arsitektur tradisional Bali. Di sekeliling Pura, terhampar lava beku bekas letusan Gunung Batur dan jejeran pohon Tiblun yang merupakan pohon khas yang tumbuh di sekitaran pura. Bila kita sudah berada disini maka pikiran menjadi tenang, segala permasalahan yang menyelimuti pikiran akan hilang, dan seolah - olah berada di sebuah negeri tanpa masalah.

    Sebelum memasuki areal Pura Bukit Mentik anda akan menyaksikan sebuah wantilanbesar dan bangunan/dunungan para penyungsung setempat yang dipergunakan untuk mekemit.

    Pura Bukit Mentik mengacu pada Gunung Lebah (Gunung Batur) sebagai luan dan lautan sebagai teben. Pura Bukit Mentikterbagi menjadi Tiga Manda, yaitu:
       1. Utama Mandala (Jeroan)
       2. Madya Mandala (Jaba Tengah)
       3. Kanista Mandala (Jaba Sisi)

    Pura Bukit Mentik merupakan satu kesatuan dari beberapa pura pendamping, yang terdiri dari:
       1. Pura Belong (Pemasaran)
       2. Pura Pandan
       3. Pura Batu Nyaak
       4. Pura Ida Ratu Gede Pemapas
       5. Pura Jati
       6. Pura Bukitan (Mrajan Agung)

    TUAH PURA BUKIT MENTIK

    1. Tuah Pengobatan

    Bila ada anggoa keluarga anda,teman atau tetangga anda yang sakit,jangan berputus asa. Datanglah ke Pura Bukit Mentik, kemudian emohonlah maka abdi yang ada di Pura Bukit Mentik akan menuntun anda dengan tulus iklas.
    Kisah tetang tuahpengobatan yang ada di Pura Bukit Mentik terjadi secara turun menurun, tak usah ditanyakan sudah beberapa orang yang tertolong dan sembuh berkat tuah pengobatan di Pura Bukit Mentik bahkan banyak dari mereka kemudian turut bergaungmenjadi penyungsung/krama arp di Pura Bukit Menik.

    2. Tuah Kepemimpinan

     Di Pura Bukit Mentik, ada pemujaan terhadap Ida I Ratu Ayu Panca Kerti, yangamatmencintai calon pemimpin. bila anda datang ke Pura Bukit Mentik, ada sebuah pelinggih yang bernama Taru Alit, di sinilah anda memohon tuah kepemimpinan. Di Pelinggih Taru Alit ini adalah stana Ida I Ratu Ayu Panca Kerti, yaitu Tuhan dalam sebutan sebagai berikut;
       1. Ida I Ratu Sakti Hyang Aji Luwih
       2. Ida I Ratu Ayu Susunan Sakti Alumin Jagat
       3. Ida I Ratu Ayu Sakti Manik Croncng Kawet
       4. Ida I Ratu Ayu Sakti Manik Betel Tingal
       5. Ida I Ratu Ayu Sakti Manik Puspa Balian

    Tuah kepemimpinan yang di anugerahkan oleh Ida I Ratu Ayu Panca Kerti, rupanya tak tanggung - tanggung:
    1. Ir. Jero Wacik, S.E. salah satu Pemangku di Pura Bukit Mentik dipercaya sebagai menteri
        Kebudayaan dan Pariwisata.
    2. Tiga orang Gubernur Bali mendapat tuah memimpin Bali, karena sebelum beliau bertarung di
        pemilihan gubernur, calon gubernur ini menyempatkan diri sembahyangdan memohon tuah di
        pelinggih Taru Alit ini.
    Dan masih banyak lagi Pemimin Bali yang mendapat tuah yang di anugerahkan oleh Ida I Ratu Ayu Panca Kerti.

    3. Bila Ingin Kaya

    Sesungguhnya, Tuhan menginginkan kita kaya raya. hal ini bisa disimak dari kitab suci seperti Reg Weda dan Atharwa Weda, yangmemberi tuntunan agar umat menjadi kaya raya.
    Di Pura Bukit Mentik, permohonan menjadi "kaya raya" terasa istimewa, karena dilakukan secara bersama -sama dan di tuntun oleh seseorang Peduluan. Bagi umat Hindu yang ingin menjadi kaya raya datanglah pada waktu yang tepat, yakni saat dilaksanakan upacara pepranian, yang berlangsung setahun sekali pada sasih kapat atau sekitar bulan Oktober.

    4. Tanaman Anda Akan Lebat Buahnya

    Bila anda ingin agar tanaman anda menghasilkan buah yang berlimpah - limpah, ternyata peran doa sangatlah penting selain pemberian nutrisi. Di Pura Bukit mentik juga menyelenggarakan doa bersama, yang dilakukan setiap tahun dalam upacara pepranian pada bulan Oktober.
         doanya sebagai berikut:
              " Jero krama desa lan umat sedarma, pirengang atur titiange nggeh, mula kliki mula biu, mula
                 bedik mupu liu, balik sinuryak"
    Doa ini erat kaitannya dengan pemujan ke hadapan Ida I Ratu Sakti Gde Maduwe Gumi yang distanakan di Meru Tumpang Telu Pura Bukit Mentik.

    Sekian posting tentang Pura Bukit Mentik hari ini.... :))


    Senin, 13 Agustus 2012

    Mengapa Ada Pura Di Gunung Lebah?

    Di Desa Batur tua, tepatnya di kaki Gunung Lebah (Gunung Batur) sebelah barat, ada sebuah (tukad) yang sangat dalam, dan saking dalamnya bila kita berteriak atau memanggil nama seseorang maka gema suaranya terengar sangat keras dan panjang. Karena mengeluarkan gema yang keras itulah kemudian tukad yang sangat dalam itu diberi nama "tukad mengiung" dan kini penduduk setempat menyebut itu dengan sebutan "tukad miyung"

    Di Tukad Miyung, yaang sangat dalam itulah pada mulanya ada Pelinggih Rong Dua. Karena tertimbun oleh lumpur/nyanyad, kemudian pelinggih tersebut dipindahkan ke sebelah timur.

    Pada tahun 1814 Gunung lebah, nama lain dari Gunung Batur meletus, dan pura tukad mengiung tersebut terkubur oleh lahar panas. Beberapa orang penduduk Batur menyaksikan tukadyag sangat dalam itu tertimbundan pelahan - lahan tempat itu menjadi semakn tinggi dan menyerupai sebuah bukit. Demikianlah penduduk Batur meyaksikan fenomena alam tersebut : tukad miyung tersebut menjadi bukit, lantas tempat tersebut dinamakan Bukit Mentik. Pelinggih Rong Dua tersebut dibangun kembali di Bukit Mentik dan satu buah Pelinggih Rong Besik. Pura baru ini dinamakan Pura Buit Mentik.

    Sekian tentang "Megapa Ada Pura Di Gunung Lebah?". Jika ada salah kata mohon di maafkan.Sekian dan terimakasih. :))

    Auto biografi


    Nama saya I Kadek Purniawan Paramadita biasa dipanggil Dekta, tinggal di Batur. Saya anak kedua dari 2 bersaudara.berasal dari keluarga yg terbilang mampu tp tidak mampu....Saat SD pernah mendapat juara 3 hehe lumayan..saat SMP pernah mendapat juara umum 2.. Pernah juga di skorsing 3 hari hahahahaha,sekarang saya sudah kelas 12 IPA di SMA 2 Bangli...Saya sangat menyukai FC. Bayern Munchen karena pemain seperti Mario Gomez, Arjen Robben, frank Ribery, dan David Alaba mampu menyaingi tim2 papan atas lainnya sperti Barcelona, Real Madrid,  dan Manchester United.. Di samping itu FC. Bayern Munchen juga pernah menjuarai liga champions sebanyak 4kali (sangat membanggakan).Bagi saya music is my life, karena tanpa music hidup tidak berwarna dan tidak ada artinya.  SEKIAN DAN TERIMAKASIH......


     

    Labels

    Blog Archive

     

    about

    ,

    Templates by dekta's blog | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger