Jumat, 14 September 2012

Kumpulan beberapa album dari band - band papan atas Indo :
Nidji -Liberty (2011) full album
The Changcuter - Tugas Akhir (2011) full album

Rabu, 12 September 2012

Mario Gomez backstage beim shooting fur.
silakan : lihat disini
Month: Sign:
Goal-goal Mario Gomez musim 2011/2012
silakan lihat disini : lihat disini
Mayern Munchen menjadi juara final liga champions 2001 setelah mengalahkan Valencia FC lewat adu penalty dengan skor 5-4.
silakan download video nya disini : final liga champions 2001

Rabu, 15 Agustus 2012

pura ulun danu batur


Pura Ulun Danu Batur pada mulanya bernama Pura Tampurhyang dan terletak di Desa Sinarata (Desa Batur) pada lereng Gunung Batur bagian barat. Pura Tampurhyang dan Desa Sinarata tertimbun lahar pada waktu Gunung Batur meletus tanggal 3 Agustus 1926, sehingga masyarakat Batur ditempatnya yang baru di Desa Karanganyar (Desa batur sekarang) membangun kembali Pura Batur itu di Desa Batur dengan bantuan dari pemerintah sesuai dengan banyaknya pelinggih-pelinggih yang pernah ada di Pura Tampurhyang lama. Pembangunan Pura ini selesai dan dipelaspas pada hari Redite Pon, Prangbakat tanggal 14 April 1935 meskipun belum keseluruhan pelinggih-pelinggihnya dapat dibangun dan akan dilanjutkan dengan pembangunan secara bertahap.
Dalam pengeling-eling Desa Batur yang merupakan lampiran dari Raja Purana Pura Batur tentang upacara Pemelaspas dan Ngusaba ke Dasa di Pura Ulun Danu Batur, Desa Batur Kintamani dinyatakan sebagai berikut :
“Pengeling-eling, Karya ring Pura Batur, Desa Karanganyar, duk ngawit pemelaspas, ring dina Redite, Wara Prangbakat rauh Malik Sumpah, tang, 11, sasih ke Dasa, Rah 7, Tenggek 5, Icaka 1857, tanggal 14 April 1935, nganggon kebo asiki.
Semalih karya memendak nuntun ring dina Anggarkasih Wara Kadi-arep, tang, ping, angka 13, tanggal 16 April 1935 taler ngangon kebo siki. Semalih karya ngaturang pengenteg linggih ring dina Buda Umanis Wara Kadiarep tang, ping 14, tanggal 17 April 1935 taler ngago kebo. Semalih benjangan ring dina Wraspati Paing Wara Kadiarep, tang 15, Purnama, Sasih ke Dasa, Rah 7, Tenggek 5, Içaka 1857, tanggal 18 April 1935, irika ngaturang Karya Pangusaban nangken atahun, puput mailehan”.
Keseluruhan ini menggambarkan bahwa :
  1. Desa Batur sekarang pada awalnya bernama Desa SInarata terletak di lereng Gunung Batur bagian barat.
  2. Pura Ulun Danu Batur di Desa batur semula bernama Pura Tampuhyang, Tumpur, Ring Hyang atau Tampuhyang, dengan pengemponnya masyarakat Desa Sinarata.
  3. Pura Tampurhyang adalah Stana Batara Dewi Danuh atau Betari Ulun Danu yang merupakan penyungsung jabat Bali sama halnya dengan Pura Besakih.
  4. Pada tahun 1500 Masehi masa Pemerintahan Dalem Batu Renggong Pura Tampurhyang diganti namanya menjadi Pura batur dan Desa Sinatara diganti pula namanya menjadi Desa Batur.
  5. Masyarakat Desa  Batur lama pindah ke Desa Karanganyar yang sekarang dinamakan Desa Batur, akibat bencana letusan Gunung batur yang menghancurkan Desa batur lama dan Pura Tumpurhyang atau Pura Batur pada tahun 1926.
  6. Masyarakat Desa Batur dengan bantuan pemerintah membangun Pura baru yang dinamai Pura Ulun Danu Batur untuk menggantikan Pura Tumpurhyang atau Pura Batur yang lama dan selesai dipelaspas pada bulan April 1935.
  7. Oleh karena Pura Tampurhyang/Pura Ulun Danu Batur yang lama merupakan Stana atau Parhyangan Bhatari Ulun Danu Batur, maka Pura Ulun Danu Batur di Desa Batur yang didirikan untuk menggantikan Pura Tampurhyang adalah Parhyangan Betari Ulun Danu Batur sebagai Kahyangan Jagat Bali.
Dengan ini diperkuat pula dengan informasi yang dikemukakan pada berbagai kepustakaan antara lain :
Dalam Raja Purana Batur 49a.1.sebagai berikut :
“nghing wusampun ginanti paryyangan ira Batara, ring Tampurhyangnguni, mangke hana mungwing Kalanganyar ngaran Batur Kalanganyar, apan nguni purwa telas dening karuganing parangan agni, wetu saking madyaning giri”.
Arti bebasnya :
“Sesudah diganti Parhyangan Tampurhyang maka Pura tersebut sekarang berada di Karanganyar bernama Pura Batur, oleh karena Pura Yang dulu telah hancur semuanya karena lintasan lahar panas dari Gunung Batur.”
Dalam buku “Pura Ulun Danu Batur” oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, pada halaman 28 disebutkan sebagai berikut :
“Pura Ulun Danu Batur terletak di Karangayar Desa Batur Selatan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Daerah Tingkat II bangle. Jarak dari Kota Denpasar + 65 Km, melalui jalan raya yang menghubungkan Kota Bangli dengan Singaraja atau dapat dicapai melalui jurusan Tampaksiring/Kintamani. Sebelum tahun 1926 Desa Batur beserta Pura Batur berada dibawah pada lereng Gunung Batur dan tahun 1926 dipindahkan ke atas pada tempat yang sekarang karena gempa yang keras.”
Dalam buku Rencana Induk Pembinaan dan Pengembangan Pura Batur oleh Panitia Khusus DPRD Propinsi Daerah Tingkat I Bali tentang Penyusunan Master Plan Pura Batur disebutkan sebagai berikut :
“Meskipun Pura Batur tidak ikut disebutkan dalam lontar itu (lontar Kusuma Dewa) tampaknya Pura Batur tergolong Pura yang mempunyai status yang serupa dengan Pura Besakih. Lontar Usana Bali menguraikan bahwa Gunung Agung sebagai Stana Bhatara Maha Dewa (Pura Besakih) dan Gunung Batur sebagai Stana dari Dewi Danu (Pura batur), adalah sebagai Pura yang menjadi Panguluning Bumi (Kahyangan Jagat)”.
Dalam buku Upadesa tentang Ajaran-ajaran Agama Hindu yang dikeluarkan oleh Parisada Hindu Dharma Pusat dan diterbitkan oleh Proyek Penyuluhan Agama dan penerbitan Buku Agama 1987/1988, pada halaman 50 dan 51 disebutkan sebagai berikut : Yang disebut Pura Kahyangan Jagat ialah Pura-pura Kahyangan Agung terutama yang terdapat di delapan penjuru mata angin dan pusat Pulau Bali yaitu :
  1. Pura Lempuyang, tempat Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Iswara di ujung Timur PUlau Bali.
  2. Pura Andakasa, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannnya sebagai Brahma terletak di Selatan Pulau Bali.
  3. Pura Batukaru, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Mahadewa terletak di bagian Barat Pulau Bali.
  4. Pura Batur Ulun Danu, yang mempunyai fungsi sebagai Pura Ulun Danu tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Wisnu terletak di Utara Pulau Bali.
  5. Pura Goa Lawah, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Maheswara terletak di Tenggara Pulau Bali.
  6. Pura Uluwatu, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Rudra terletak di Barat Daya Pulau Bali.
  7. Pura Bukit Pengelengan, yang disebut juga Pura di Gunung Mangu tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Sangkara terletak di Barat Laut PUlau Bali.
  8. Pura Besakih, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Sambu terletak di Timur Laut Pulau Bali.
Kalau dihitung maka semua Kahyangan Agung Penyungsungan Jagat di Bali ini berjumlah sembilan buah yang terletak di kedelapan penjuru mata angin Pulau Bali, dimana Besakih menjadi tempat dua Kahyangan Agung yaitu tempat Sambu dan juga merupakan tempat Çiwa.
Dari sembilan Pura tadi diambil tiga Pura kahyangan yaitu :
  1. Pura Batur Ulun Danu, sebagai tempat memuja Wisnu
  2. Pura Andakasa, sebagai tempat memuja Brahma dan
  3. Pura Besakih, sebagai pusat Kahyangan Agung tempat memuja Çiwa yaitu yang merupakan pelinggih-pelinggih atau tempat pemujaan Tri Murti.

KRONOLOGIS PEMBENTUKAN KALDERA BATUR


Gunung Bumbulan (bubulan, dungulan, penulisan), Gunung Payang, dan Gunung Abang menjadi satu dengan Gunung Batur Purba yang ketinggiannya mencapai 3500 mdpl. Amblasnya bagian kerucut yang membentuk kaldera satu, kira-kira 29.300 SM, dimana Gunung Abang berdiri sendiri dengan ketinggian lebih kurang 2.152 mdpl. Amblas kedua kalinya, kira-kira 20.150 SM, dimana kerucut Gunung Payang, kerucut Gunung Bumbulan/Penulisan membentuk undagan Kintamani. 
Lama kelamaan muncul Gunung Kecil (anak Gunung Batur Purba) di tengah danau Batur berpucak Dua (pucak Kanginan dan pucak Kawanan). Maka dari itu desa Pekraman Batur ada dua Jero, yaitu Jero Gede Kanginan (dijabat oleh Jero Gede Duhuran Puri Kanginan), dan Jero Gede Kawanan (dijabat oleh Jero Gede Alitan Puri Kawanan). 
Nama Gunung Sebelum Bernama Gunung Batur
1. Gunung Cala Lingga (Cala = tidak bergerak dan tidak dibuat oleh manusia; Lingga = Tempat abadi para Dewa)
2.  Gunung Sinarata (Merata kena sinar matahari)
3. Gunung TampurHyang/Tempuh Hyang (Tanda Ida Betara dalam perjalanan yang digonggong (dipikul) oleh pamucangan)
4.  Gunung Lebah (rendah)
5.  Gunung Ederan (dikelilingi Bukit)
6.  Gunung Lekeh (meingkar)
7.  Gunung Sari (Inti/Utama)
8.  Gunung Indrakila (dikelilingi Munduk)
9.  Gunung Kembar (berpuncak dua)
10. Gunung Catur (Gunung berempat)
11. Gunung Batur (Gunung Dasar)
Catatan Meletusnya Gunung Batur
Berdasarkan isi lontar Raja Puranan Pura Ulun Danu Batur di Batur bagian Babad Pati Sora dijelaskan pada tahun Candra Sangkala :
  1. Angeseng Sasi Wak yaitu tahun Saka 110 (188 Masehi), Gunung Batur meletus
  2. Wang Sasi Wak yaitu tahun Saka 111 (189 Masehi), Gunung Batur meletus
  3. Tahun Saka 112 (190 Masehi), Gunung Teluk Biyu meletus
  4. Wedang Sumiranting, ksiti yaitu Tahun Saka 114 (192 Masehi), Gunung Batur meletus.
  5. Dari tahun 1804 – 2000 Gunung Batur meletus sebanyak 30 kali. Letusan yang paling dahsyat yaitu pada tanggal 2 Agustus – 21 September 1926 jam 23.00 WITA yang laharnya menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur. Dengan pertolongan pemerintah Hindia Belanda, para narapidana, serta Batun Sendi Ida Betara (Bayung Gede, Sekardadi, Bonyoh, Selulung, Sribatu, Buahan, Kedisan, Abang, Trunyan, dll) seisi Desa Batur dapat menyelamatkan diri. Termasuk pusaka-pusaka seperti Gong Gede, Semar Kirang bale Pelinggih Mamas-mamas (tombak Lerontek). Semuanya diselamatkan ke Desa Bayung Gede. Setelah pindah ke Di Desa Bayung Gede ini pernah di adakan Puja Wali sebanyak dua kali. Kemudian karena merasa telah aman, penduduk Desa Batur yang sementara mengungsi ke Desa Bayung Gede ingin kembali ke lokasi desa mereka kembali. Namun tidak diijinkan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan alasan keselamatan masyarakat. Di tempat baru tersebut, yang disebut Kalanganyar, penduduk Desa Batur diberi lahan dengan ketentuan yang sudah berkeluarga sebanyak 3 are dan untuk Duda/Janda mendapat 1,5 are. Selama menghuni Kalanganyar, para penduduk Desa Batur tetap berupaya membagun kembali Pura Ulun Danu Batur di tempat semula. Setelah beberapa tahun, tepatnya pada bulan April 1935, dilaksanakan Ngusaba Kedesa untuk pertama kali di Pura Ulun Danu Batur yang baru tersebut 
Pada tahun 1963, 6 bulan setelah meletusnya Gunung Agung, terjadi kembali letusan Gunung Batur yang cukup besar. Korban jiwa pada saat itu tidak ada. Letusan ini kembali menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur. Sehingga semua penduduk mengungsi dan pindah desa ke lokasi desa Batur sekarang ini. 
Ada cerita menarik yang disampaikan oleh Jero Gede Alitan Puri Kawanan, yaitu pada saat lahar mau memasuki desa Batur, lahar tersebut berhenti. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk menyelamatkan barang-barang mereka. Bahkan ada yang sempat memanen bawang di ladangnya terlebih dahulu. Setelah semua barang-barang dan hasil kebun mereka selamat, lahar yang tadinya berhenti bergerak kembali menuju arah desa sampai menimbun seluruh desa tersebut.
Setelah pindah desa tersebut, kecuali terkena debu, sampai saat ini tidak pernah terkena dampak langsung dari letusan Gunung Batur.
 

Labels

Blog Archive

 

about

,

Templates by dekta's blog | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger